Satu Kali Pertemuan

By: Ach. Jalaludin | 16 November 2020 | 294
Ilustrasi oleh jhalal
Ilustrasi oleh jhalal


Satu Kali Pertemuan

“Ku pinjam jaketnya dulu Bang!” teriakku dari atas motor pada Bang Ruko yang lagi persantai di teras rumahnya menikmati suasana akan turunnya hujan. Tapi dia hanya diam tak merisaukan, terlihat malas sekali meski sekedar mengangguk. Hanya senyum mengizinkan yang ku lihat. Aku memotar pedal gas dan motorku melaju.

Benar saja, ditengah perjalanan, hujan semakin deras, suara bekas terpaannya dijalan pun sangat bising ditelinga, apa lagi ketika mengenai kulit, terasa sakit jika sambil mengendarai motor. Maka aku memilih untuk berteduh disalah Satu trotoar tempat penunggu bus. Di sana banyak warga yang juga berteduh.

Tidak sampai satu menit, motorku telah terparkir dipinggir jalan dan langsung berteduh di perberhentian bus. Datang seolah orang asing diantara yang lain sambil mengibas-ngibaskan jaket yang terkena terpaan hujan.

“Ab, lihat tuh”

Guntur menyikut lenganku, aku menoleh tapi Guntur menunjuk pada seorang gadis yang berada tak jauh di depanku terlihat sedang menahan dingin. Ia memakai jilbab dan baju biru langit dengan tas punggung tanpa memakai jaket penahan dingin. Kedua tangannya terlipat sesekali wajahnya menunduk. Aku  mengabaikan takut Guntur hanya menyuruhku berkenalan.

“Eh, kok lo diem aja?”

Aku tidak menanggapi, bukan karena aku sok mahal, hanya saja aku menjaga pergaulan jika pada cewek, bagiku menjaga diri sendiri sama juga dengan menjaga jodoh kelak.

“Ab, gue tau lo sangat menjaga pada cewek. Gue gak nyuruh lo macem-macem sama dia, tapi lihat, dia kedinginan, alangkah lebih baiknya lo pinjemin jaket lo ke dia, katanya peduli sama wanita.”

Aku melihat gadis itu sekali lagi tengan tatapan iba. Benar kata Guntur, ia terlihat kedinginan, sangat berbeda dengan lainnya, pada memakai jaket, tapi kalau Guntur meski tidak memakai jaket ia tidak bakal kedinginan, soalnya badanya gemuk dan pendek, kayak penyanyi hip-hop.
Perlahan ku buka jaketku, kasihan juga melihat seorang gadis yang sendirian kedinginan. Ku kibaskan takutnya masih ada air hujan yang masih melekat. Perlahan aku maju untuk menawarkan jaketku.

“Ehrm..!”

Dia melihatku, cantik, dan aku lengsung menunduk melihat pada jaket yang ku pegang.

“Nih pakai, dingin kan?”

Untuk keduakalinya aku melihatnya. Dia agak canggung menerimanya.

Jaket itu telah melekat ditubuhnya, tidak mengucapkan sepatah kata pun membuatku juga diam di pinggirnya. Sekitar lima menit dia memakai jaket itu, bus yang ditunggunya datang, berdesing ketika terhenti tepat didepan pemberhentian. Gadis itu trerlihat ingin membuka jaket yang ku berikan.

“Eh, jangan, kamu kan masih kedinginan, bawa aja ngak apa-apa kok!”

Dia urung, tersenyum padaku “Terima kasih…” suaranya lembut.

Ketika dia sudah ada di pintu bus, aku baru ingat  dan aku menyumpah serapah pada diriku sendiri. Begitu bodohnya aku, ada kata yang harus aku ucapkan pada dia.

“Mau kemana lo Ab!” teriak Guntur ketika ku hendak menyusulnya. Di dalam bus aku menyisiri penumpang, ternyata dia masih berdiri mencari tempat duduk.

“Eh, nona, anu” aku garuk-garuk rambut yang sama sekali tidak gatal saat gadis melihatku, sangat sulit untuk mengucapkan kata itu. “Anu, boleh pinjam jaket itu, sebenarnya bukan pinjam sih tapi, itu punya Bang Ruko.”

Aku sangat terbata mengatakannya, malu dilihat semua penumpang bus. Ada yang bisik-bisik dan ada juga yang agak nyaring yang kedengarannya bagiku membuatku malu juga didengar olehnya. Aku juga takut dimarahi Bang Ruko, dia memang tidak banyak bicara, tapi dia orangnya pemeras, biaya gantinya bisa satu semester kuliahku nantinya.

“Abang ingin minta jaketnya?”

Aku hanya mengangguk sambil tersenyum memalukan. Aku melihat perlahan jaket itu lepas dari tubuhnya. Dengan pelan memberikan kembali padaku.
Jaket itu sudah ada ditanganku.

“Terima kasih” kataku. Dia hanya tersenyum manis sekali.

“Eh, bang, siapa namanya?”

Aku agak terkejut ditanya seperti itu, mulutku terasa berat mengucapkannya. Bayangkan, aku yang lagi malu malah ditanya nama. Maka dia akan mengenal namaku sebagai seorang yang ceroboh atau apa tafsirannya bagi dia saat mengenalku.

“Abdullah,” kataku singkat ingin segera membalikkan badan untuk keluar dari bus yang membuat ku berkeringat meski suasana dingin. Dan ini adalah kejadian paling memalukan di depan gadis dalam sejarah hidupku.

“Bang, namaku, Velisya, lucu sekali ketemu dengan Abang.”

Ingin sekali aku melihatnya dan memberikan senyum gugupku, tapi aku telah melangkah keluar dari bus.

#Cerpen