Ikhlas itu Menyucikan, bukan Merelakan
By: Ach. Jalaludin | 16 Juli 2022 | 1185
ilustrasi oleh @achjalaludin
Pagi sekali Gus Badrun berkinginan untuk mendatangi rumah Kang Didin yang tak jauh dari pesantren, beliau berjalan kaki lewat di depan asrama santri. Sontak saja seluruh santri ambil posisi di pinggir jalan, berdiri tegak seraya memberikan hormat ta’dzim dengan cara menangkupkan tangannya di depan perut dan sedikit menunduk. Semua aktifikas berhenti, senyap, menyisakan Gus Badrun berlalu di tengah-tengah mereka.
Sesampainya di rumah Kang Didin, Gus Badrun mendapati Kang Didin tengah kebingungan di kandang ayamnya sambil garuk-garuk kepala, entah apa yang dicari. Mengetahui hal itu, Gus Badrun hanya ber-dehem di belakangnya. Mendengar suara yang tak asing di telinga Kang Didin, Kang Didin langsung berbalik dan terkejut karena mendapati Gus Badrun berdiri di depannya.
“Eh, Gus, ada keperluan apa kok tumben ke rumah saya?” Kang Didin buru-buru merapikan bajunya. Gus Badrun hanya tersenyum sambil mendekati Kang Didin, memperhatikan kandang ayam yang dibuatnya terbuka.
“Semua, Din?” Tanya Gus Badrun membelakangi Kang Didin.
“Maksudnya, Gus?”
“Iya, hilang semua ayamnya?”
Kang Didin diam sesaat, kemudian paham maksud pertanyaan Gus Badrun.
“Ooh… tidak semua, Gus, ada yang dari pagi dibiarkan keluar, cari makan. Hanya yang jantan yang hilang.”
“Sudah tau siapa yang ngambil?”
“Tidak, Gus, memangnya siapa?”
“Ya ndak tau, kok nanya saya,” ucap Gus Badrun berirama, seolah meniru ucapan seseorang. Setelah cukup lama memperhatikan kandang ayam, Gus Badrun balik menghampiri Kang Didin.
“Kamu ikhlas, Din?”
“Insya Allah ikhlas, Gus.”
“Kok masi insya Allah, memangnya kamu tau ikhlas apa?”
“Ikhlas, Gus, mengerjakan sesuatu karena Allah.”
“Iya itu arti lainnya, tapi dalam kejadian ini kamu bagaimana?”
“Engki… rela, Gus, ikhlas dan pasrah pada Allah subhanahu wa ta’ala.”
“Itu bukan ikhlas, Din, ikhlas itu artinya murni, suci. Adalah upaya untuk memurnikan hati dari dosa, prasangka dan hal-hal yang diharamkan oleh Allah. Setiap orang pasti mempunyai rasa iri, dengki, benci dan tidak suka pada seseorang, oleh karena itu, kita harus berusaha untuk mensucikan hati dari hal-hal seperti itu. Hatimu mungkin benci dan tidak terima dengan kejadian ini, oleh karena itu kamu harus menghilangkan perasaan itu. Allah mungkin mengujimu, dan ketika kamu lolos dari ujian-Nya, insyaallah Allah akan memberikan yang lebih baik.”
“Engki, Gus, alhamdulillah sekarang saya paham, saya akan berusaha ikhlas.”
Mendengar penjelasan Gus Badrun hati Kang Didin yang kesal dengan kelakuan maling yang mencuri ayamnya mejadi tenang. Kerelaan yang Kang Didin rasakan hanyalah karena Kang Didin tidak tau harus berbuat apa. Kekesalan Kang Didin sudah dari berminggu-minggu yang lalu, akibat ayamnya sudah mulai jarang bertelur.
Tapi yang membuat Kang Didin bingung adalah, dari mana Gus Badrun mengetahui ayamnya telah dicuri. Sejak kehilangan ayamnya mulai subuh tadi, Kang Didin tidak bercerita dengan siapapun kecuali istrinya.
“Kalau boleh tau, ajunan tau dari mana kalau ayam saya hilang, Gus?”
Mendengar pertanyaan Kang Didin, Gus Badrun malah tertawa.
“Hahah… ya ndak tau ko nanya saya.”
Kemudian tanpa sepatah kata pun, Gus Badrun kembali ke pesantren, meninggalkan Kang Didin yang masih kebingungan.
Disarikan dari ceramah Frof. Dr. Muhammad Quraish Shihab, MA.