Detak yang Harus Dibuang

By: Ach. Jalaludin | 14 Desember 2020 | 377
gambar  ilustrasi oleh Jhalal
gambar ilustrasi oleh Jhalal

Dia masih mengabaikanku, melihat ke sembarang arah, meski aku tau itu adalah tatapan kosong yang tak perlu dimaknai selain kemarahan dalam dirinya. Aku tidak tau kenapa dia sekesal itu hanya karena permintaanku, yaitu meminta celana dalamnya.

Itu bagiku penting untuk kumiliki. Sedari awal dia tidak pernah mempermasalahkan kelakuanku. Awal aku mengenalnya di sebuah hiburan malam. Entah mengapa aku langsung menyukainya, begitupun dia. Di situ kami bertukar nomor.

Aku catat apa yang menjadi awal pertemuanku, perkataan pertama yang aku ucapkan, senyum pertamanya kulukiskan. Bahkan keesokkan harinya aku jauh-jauh ke tempat hiburan itu untuk mengambil gambar. Lalu aku tempel di dinding kamar dengan memberikan keterangan, "awal kita bertemu."

Aku juga rajin screenshot setiap pesannya, mulai pertama aku dipanggil sayang, foto pertama yang dia kirim dan kiriman lainnya yang aku buat file koleksi khusus. Hingga tiga bulan kita jadian, kamarku seolah menjadi musium tentang dirinya.

Lihatlah mulai dari pojok kamarku, di situ akan ada sederet figora terkait tempat-tempat yang aku abadikan, juga foto-foto dirinya yang dia kirim. Benda-benda yang dikirimnya seperti boneka, bunga, rokok, tissue dan buku-buku terpajang semuanya.

Hingga suatu malam kita berencana menyewa kamar di hotel. Malam itu menjadi hubungan asmara pertama kami, sebuah momen paling intim dan paling dinanti oleh pasangan manapun.

Saat itulah ketika kami hendak pulang, aku ajukan permintaanku, "kalau boleh, celana dalam itu aku ingin memilikinya."

Seperti yang aku kira, dia menolaknya dengan keras, katanya mana mungkin dia pulang tidak memakai pakaian dalam. Aku jelaskan bahwa ini hubungan pertama kita, aku ingin sekali memiliki momen ini. Hingga akhirnya dia memberikan itu dengan terpaksa.

Saat itulah hubungan kami mulai renggang. Untuk itu aku mengajaknya ketemu di sini, tempat hiburan malam yang menjadi awal pertemuan kami.

"Sudahlah, aku sudah tidak ada rasa suka padamu sedikitpun. Hubungan kita berakhir malam ini juga." Ketusnya lalu berburu pergi.

*

Pagi hari aku langsung bersiap di depan rumah, menunggu mobil sampah yang biasa ke sini setiap hari. Di depanku tersusun beberapa kardus koleksi cinta selama tiga bulan.

Ya, aku berencana membersihkan kamarku dari kenangan kasih dengan dia. Aku sudah pastikan tidak ada yang tersisa sedikitpun, termasuk celana dalam yang merupakan pemberian terakhirnya.

Aku tidak habis pikir, cintaku saat ini sudah lebih buruk dari sampah. Sampah dalam kardus ini masih bisa digunakan atau didaur ulang, tapi sampah dari cinta  yang rusak selamanya akan menjadi sampah. Detak ini akan menyakitkan jika tidak cepat dibuang.