Ummu Salamah: Shahabiyah yang Akhirnya Memilih Rasulullah Saw.

By: Ach. Jalaludin | 19 Januari 2021 | 1500
ilustrasi oleh jhalal
ilustrasi oleh jhalal

Seperti kesabaran Ummu Salamah. Ia dengan suaminya saling mencintai, bahkan mereka berdua ikut hijrah dengan para sahabat ke Habasyah atas saran Rasulullah karena kekejaman kaum musyrikin. Pada saat Rasulullah mau hijrah ke Madinah, terjadi ketidakakuran antar kedua keluarga. Ummu Salamah tidak diidzinkan berangkat dengan suaminya, Abdullah ibn Abdul Asad al-Makzumi. Bahkan kedua keluarga berebutan anaknya. Hingga Ummu Salamah selalu menangis sendirian di tempat yang bernama Abthah. Orang-orang pun iba melihatnya.

Dengan terpaksa, keluarganya mengizinkan Ummu Salamah hijrah meski sendirian. Alhamdulillah di tengah perjalanan bertemu dengan Ustman ibn Talhah. Dialah yang mengantar Ummu Salamah hingga ke Madinah.

Di Madinah, Ummu Salamah tidak lama dengan suaminya. Suaminya wafat tidak lama setelah mengemban tugas oleh Rasulullah untuk menaklukkan Bani Asad bersama dengan 150 tentara pada tahun ke-2 hijriyah. Wafat karena luka yang dideritanya di perang Uhud, dan luka itu mengalami pendarahan saat menjalankan tugas tersebut.

Kematian Abdullah ibn Abdul Asad al-Makzumi yang juga lebih dikenal dengan Abu Salamah sangat memukul hati Ummu Salamah (Hindun). Tapi Ummu Salamah tetap bersabar. Akibatnya, Abu Bakar datang melamarnya, tapi ia tolak. Lelaki yang kedua ialah Umar, lagi-lagi ditolaknya. Dan lelaki terahir ialah Rasulullah Saw.

Tentunya, Rasulullah lebih pintar dari pada Abu Bakar dan Umar dalam meminang seorang wanita. Ummu Salamah tidak langsung menolak Rasulullah, tetapi dengan alasan:

“Kemuliaan ini sebaiknya didapat wanita selain saya karena saya telah lanjut usia, saya juga pencemburu dan  sudah mempunyai anak, wahai Rasulullah.”

Rasulullah menjawab, ”Mengenai usia, aku lebih tua wahai Ummu Salamah. Dan mengenai rasa cemburu, Allah akan menghilangkannya. Ada pun mengenai anakmu, nantinya akan menjadi anakku juga.”

Begitulah cara santun Rasulullah melamar Ummu Salamah. Maka bersabarlah, jangan terburu-buru masalah pasangan hidup, ada waktu tersendiri. Jika kita bersabar, insyaallah, akan seperti Rasulullah yang mendapatkan Aisyah dan Khadijah, juga seperti Ummu Salamah yang mendapatkan kedudukan disamping  Rasulullah.

Maka hijrahlah dari keburukan menuju kebaikan. Sudah bukan zamannya lagi sibuk dengan popularitas yang entah kemana ujung dan untungnya bagi kita. Memiliki disiplin ilmu yang baik serta akhlak yang mulia adalah pondasi yang harus kita semua miliki.

Tidak heran bahwa ilmu yang bermanfaat dan taqwa kepada Allah menjadi prioritas utama dalam setiap lini kehidupan. Bersabarlah dan bersikap santun bagai Ummu Salamah atau Fatimah, Fakhitah, Khadijah dan Aisyah. Dari merekalah kita belajar cinta dalam diam. Sangat rapi sekali dalam bercinta. Mereka tau kemana harus membimbing cintanya. Memperbaiki akhlak atau diri sendiri sama dengan memperbaiki jodoh kita.