Pengasuh PP Banyuanyar : Tidak Ada yang Dapat Memprediksi Datangnya Musibah

By: Hikam | 12 Oktober 2018 | 8701
Pengasuh Pondok Pesantren Banyuanyar (foto : Imron)
Pengasuh Pondok Pesantren Banyuanyar (foto : Imron)

banyuanyar.netSUATU KETIKA Rasulullah shallallah alaih wa sallam bersama istrinya, Aisyah radhiyallah anha. Tiba-tiba lampu yang berada di dekat beliau padam. Beliau langsung berucap “Innaa lillaah wa innaa ilaihi raji’un,” Istrinya itu kemudian bertanya "Wahai Rasul, mengapa hanya karena ini engkau beristirja’ (membaca innaa lillaah…)?" Beliau kemudian menjawab “Kullu maa sa’al mukmin, fahuwa musibah,” setiap yang menyakiti orang beriman, itu adalah musibah.

Demikian yang disampaikan Pengasuh Pondok Pesantren Banyuanyar, KH. Muhammad Syamsul Arifin, Kamis Malam (11/10/2018) pada acara Launching Program Pendampingan Asrama Santri di Aula Madrasah Masjid Banyuanyar.

Banyak sekali terjadi musibah akhir-akhir ini. Untuk menghadapinya beliau menyampaikan untuk berserah diri kepada Allah. Karena tidak ada yang dapat memprediksi kapan datangnya musibah. Dan tidak ada yang dapat mencegahnya, kecuali Allah subhanaHu wata’ala.

Beliau juga menyampaikan tentang pentingnya selalu dalam keadaan suci dari hadats (berwudhu’). Dalam hal ini beliau menyampaikan hadits qudsi, berupa firman Allah kepada Nabi Musa alaihissalam. “Idzza ashabatka mushibah, wa anta ‘ala ghiri wudhu’ fa laa taluumanna illa nafsak,” wahai musa, jika kamu terkena suatu musibah sedangkan kamu sedang tidak dalam keadaan berwudhu’ (suci), maka janganlah mengeluh kecuali kepada dirimu sendiri. Beliau menjelaskan bahwa wudhu’ dapat menjadi perisai diri dari musibah, termasuk gempa.

Selain dijauhkan dari musibah, beliau juga menyatakan ada faidah dari wudhu’, yaitu dapat memperluas rizki. Sebagaimana dikatakan “dum alatthaharah, yuwassa’ alaikal rizqu,” terus menerulah dalam keadaan suci, maka rizkimu akan luas.

Wudhu’ pun harus dilakukan dengan tertib dan sesuai tuntunan. Menyempurnakannya dengan baik, dan tidak terburu.

Selain itu beliau menyampaikan bahwa bencana yang terjadi disebabkan oleh perbuatan tangan manusia sendiri. Termasuk banyaknya kerusakan dan kemungkaran yang terjadi di mana-mana. Sehingga bencana menimpa semuanya. Karena seperti disebukan “Idza nazalal bala’ ‘amma thalih was shalih,” jika bencana datang, ia menimpa yang buruk dan yang baik. Dan musibah ini terjadi karena yang baik tidak mencegah.

Beliau juga mengajak santri untuk ikut serta membantu para korban gempa di Sulawesi Tengah, Palu Sigi, dan Donggala. Bantuan baik berupa uang, pakain bekas layak pakai, perlengkapan shalat, dan lainnya. Dan beliau mengawalinya dengan menyumbang sebesar Rp 10 juta.

Beliau juga menyampaikan bahwa memberikan bantuan ini tidak akan sia-sia dan insyaa Allah akan mendapat balasan dari Allah, baik di dunia maupun di akhirat.

Selanjutnya beliau memimpin pembacaan dzikir “hasbunallah w ani’mal wakil” sebanyak 450 kali.

 

(asd)