Menyoal Kekuasaan Tuhan Part II

By: Hanif Muslim | 25 Januari 2021 | 693
Banyuanyar.net
Banyuanyar.net

Barangkali di antara kalian ada yang pernah menjumpai atau mendapatkan pertanyaan nakal seputar teologi,  seperti ini misalnya, “bisakah tuhan menciptakan sebuah batu hingga ia sendiri tidak bisa mengangkatnya? Atau bisakah tuhan membesar dan meledak lalu kemudia mati atau sirna? Jika pernah, semoga saja kalian tidak mengalami nasib yang sama seperti yang saya alami dulu, dicubit ustadz dan dimurtadkan teman satu kelas.  

Tapi itu semua sudah menjadi kisah warna putih dongker, anggap saja pertanyaan itu tidak pernah ada, dan saya pun minta maaf pada ustadz dan teman-teman.  waktu itu saya belum tahu tentang beberapa sifat yang memiliki relasi atau ta’alluq seperti “ilmun” dan sifat “kalam”  yang memiliki relasi meliputi sesuatu yang wajib, muhal  dan ja'iz berbeda dengan “Qudroh” dan “Iradah” yang memiliki hubungan hanya kepada sesuatu yang Ja’iz atau (Al mumkinat) begitu juga “sama’ ” dan “basor” ta'alluqnya hanya pada sesuatu yang  wajib dan jaiz.
 
makna ta’alluq mudahnya, sifat yang membutuhkan sesuatu (tambahan) selain dzat itu, contoh sifat yang  tidak memiliki ta’alluq “sifat wujud”  dia hanya membutuhkan dzat dan dengan adanya dzat Allah maka ia disebut maujud, “Qidam” dengan adanya dzat Allah maka ia disebut “Qadim” jadi, ia tidak menuntut apapun selain dzat itu sendiri.

Tetapi untuk sifat yang enam, atau sifat Allah yang memiliki ta’alluq ini, ia membutuhkan objek yang lebih dari sekedar dzat tuhan contoh, sifat “ilmu” ia tidak hanya membutuhkan dzat tuhan tetapi ia juga membutuhkan “ma’lum” (sesutu yang diketahui), “Qudrah” ia membutuhkan objek yang dikuasai untuk memberikan akibat padanya, dengan kata lain tidak selesai denga sifat itu sendiri, misalnya “mata” sifat melihat pada mata kita ini membutuhkan objek misalnya warna dst.

Terus apa pentingnya mengetahui ta’alluq dari sifat ini dan hubungannya dengan pertanyaan di atas?  Sekurang-kurangnya kita akan salah dalam berlogika kalau sampai ta’alluqnya tidak sesuai. Seperti ini misalnya, “kalau ada manusia yang jadi tuhan itu mustahil tapi, kalau tuhan yang jadi manusia itu bisa dan tidak mustahil wong tuhan maha kuasa kok”, karena tuhan maha kuasa sehingga tuhan harus bisa melakukan apapun. tanpa adanya ta’alluq seperti pernyataan ii atas penjelasannya akan menjadi ribet
“bisakah tuhan mati, atau bisakah tuhan meniadakan dirinya sendiri?”  Disisi lain kita percaya tuhan itu “Baqa’” (kekal) tapi, disisi lain kita yakin tuhan maha kuasa akhirnya apa yang  terjadi, tentu saja hal itu akan meniadakan salah satu diantara kedua sifat itu (Baqa’ dan qudrah). Dan itu mustahil

Maka,  menurut hemat saya yang tidak terlalu hemat kalau kita memahami ta’alluq tidak akan ada pertanyaan semacam itu. karena sifat qudrah dan iradah ta’alluq nya hanya kepada sesuatu yang  ja'iz artinya tidak berhubungan dengan sesutu yang wajib ataupun muhal. Dan Allah mati, fana dst itu semua adalah contoh sesutu yang mustahil atau pun contoh lain Allah wujud. Maka, dengan demikian wujudnya Allah tidak diciptakan oleh sifat Qudrah dan iradah, karena qudrah dan iradah ranahnya atau ta’alluqnya hanya pada sesuatu yang jaiz saja.

Dan pertanyaan nakal itu selesai jika kita tahu teori ta’alluq,  jawabannya sederhana apakah istilah “tuhan tidak bisa mengangkat batu” pada pertanyaan di atas dimaksudkan untuk menjelaskan “kemustahilan, wajib atau jaiz ?”  sudah pasti jawabanya adalah mustahil dengan begitu berarti, seakan-seakan kita miminta “bisakah tuhan menciptakan sesuatu yang mustahil?” sedangkan  definisi dari mustahil adalah tidak mungkin adanya menurut akal.  Jadi, sama saja kita dengan bertanya bisakah tuhan meciptakan sesuatu yang mustahil? kalau bisa diciptakan itu bukan mustahil namanya. sampai disini kita sudah tau bentuk kekacauan logikanya.

Jadi, sekali lagi mustahil itu tidak bisa memperoleh ta’alluq qudrah dan iradah karena yang disebut mustahil tidak ada dan tidak mungkin ada. 
justru malah aneh jadinya, jika misalnya kita meminta kepada jomblo  untuk mencari mantan yang paling berkesan  padahal kita tahu bahwa jomblo itu tidak pernah punya pacar dan apalagi mantan tapi, ternyata si jomblo malah berhasil menemukan matan,  itu pasti kacau, wong nggak ada, dicari malah ketemu. Menurut saya ini lucu.