Ketika Rasulullah Saw. Ditolak Cintanya

By: Ach. Jalaludin | 11 Januari 2021 | 11001
ilustrasi oleh jhalal
ilustrasi oleh jhalal

Rasulullah Saw memang manusia biasa yang luar biasa. Beliau menyukai apa yang kita suka. Kadang juga membenci apa yang sepatutnya kita benci. Beliau juga manusia seperti kita. Manusia biasa yang luar biasa.

Cinta pertama Rasulullah Saw. Wanita itu sepupunya sendiri, saudara Ali bin Abi Thalib, putri dari Abu Thalib. Biasa dipanggil Ummu Hani’, aslinya Fakhitah binti Abi Thalib. Termasuk wanita teladan di masa Rasulullah karena dari saking cintanya pada anaknya.

Pada saat itu, sebelum diangkat Nabi, Rasulullah melamar Ummi Hani’ kepada Abu Thalib. Tapi sayang, Abu Thalib menolaknya, dengan alasan karena telah berjanji ingin dinikahkan dengan dengan Hubairah ibn Abi Wahab. Abu Thalib menjawabnya halus seraya memberi alasan:

“Tidak Muhammad, aku berniat menikahkannya dengan dia (Hubairah) karena dulu mereka menikahkan bapakmu dari bani kita dengan ibumu dari bani mereka ”. 

Hubayroh sendiri merupakan putra saudara ibu Abu Thalib dari Bani Makhzum. Dia juga dikenal sebagai penyair sekaligus pemuda yang baik pekertinya. Saat itu, Bani Makhzum memiliki peran besar bagi keluarga Abi Thalib. Sehingga putrinya dinikahkan dengan Hubayroh yang telah melamar putrinya tersebut.

Rasulullah Saw. mendengar lamarannya ditolak biasa aja. Tapi namanya hati yang pernah disinggahi rasa cinta selamanya akan terus ada.

Ketika Khadijah wafat, Rasulullah berniat melamar Ummu Hani’ untuk kedua kalinya. Bisa dibanyankan, bagaimana Rasulullah masih memendam perasaan padanya. Yaitu ketika Ummi Hani’ bercerai dengan suaminya karena Ummu Hani’ masuk Islam. Dan suaminya yaitu Hubairah ibn Abi Wahab tetap dalam kekafiran. Ummu Hani’ berpisah dengan suaminya dengan mengasuh empat anaknya.

Rasa kasih dan cinta Rasulullah Saw. melihat Ummu Hani' pun tumbuh. Wanita janda dengan mengurus empat anaknya membuat hati Rasulullah Saw. iba. Ingin rasanya beliau memudahkan hidupnya untuk kali ini.

Datanglah Rasulullah langsung menemui Ummu Hani’ karena Abu Thalib telah wafat. . Hukum janda dalam Islam adalah, janda berhak menyetujui pasangannya tanpa persetujuan wali. Tapi kalau dulu yang menolak adalah ayahnya, kali ini yang menolak adalah Ummu Hani’ sendiri

“Wahai Rasulullah, engkau adalah orang yang paling saya cintai dari pada pendengaranku dan penglihatanku. Akan tetapi, bukankah hak seorang suami itu sangat besar? Saya khawatir... jika saya menerima engkau sebagai suami, perhatian saya terhadap diri saya dan anak-anak saya akan terabaikan. Namun jika saya lebih mementingkan anak-anak saya, saya khawatir tidak bisa memenuhi hak-hak anda sebagai seorang suami.”

Beliau berbesar hati, bahkan katika ditolak beliau langsug memuji Ummu Hani’. Hal ini diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim dan Ahmad:

“Sebaik-baik wanita yang bisa menunggangi unta adalah wanita Quraisy, karena dialah orang yang paling sayang kepada putranya dan pada saat yang sama dia juga yang paling perhatian pada suaminya.”