Doakan Kerjamu Kerjakan Doamu

By: Hanif Muslim | 12 Oktober 2020 | 1208
Banyuanyar.net
Banyuanyar.net

Hidup di pesantren, tapi rindu kehidupan di luar, hidup di kota, tapi rindu desa, saat musim kemarau kita selalu bertanya-tanya kapan musim penghujan, koar-koar nuntut pendidikan, giliran diberi kesempatan belajar ingin lepas dari pendidikan. 
masih jomblo  suka mengeluh ingin punya pasangan,  ketika sudah memiliki istri malah suka melirik halaman  tetangga yang katanya  lebih hijau dan subur,  setelah nikah ingin segera memiliki anak, setelah dikasih anak malah mencemaskan biaya dan kebutuhan yang bertambah. ketika diberi ketenangan ingin cari keramaian, di suruh santai malah pengen sibuk. 
Mungkin kita sebagai manusia akan merasa muak juga ketika menyadari hal itu sambil tertawa geli “apa sih maunya?” padahal sesuatu yang kita anggap indah itu karena kita belum memilikinya, setelah berhasil memilikinya...? di situlah ujian sebenarnya. Kita akan merasa jenuh dan bosan dan ingin yang lebih. Itupun ketika diberikan yang lebih, keinginan  untuk lebih lagi itu akan tetap muncul.  Orang miskin pengen kaya, yang kaya ingin semakin kaya begitu seterusnya.  
 Padahal kaya itu sederhana sebenarnya,  cukup meningkatkan kualitas kita dalam mensyukuri apa yang kurang sempurna dan apa yang kita miliki. Karena jika kekayaan yang kita cari, samapi kapan pun tidak akan pernah selesai, akan ada lagi yang lebih kaya. begitu juga jika kita mencari yang cantik, yang lebih cantik pun akan selalu ada. Dan dengan bersyukur kita bisa menikmati kekanyaan dan kecantikan dan apapun yang kita impikan. Sebagaimana yang dikatakan Imam Hasan Al bashri “kekayaan terbesar adalah Qanaah dan  bersyukur”
Kapan kita akan merasa bahagia jika terus-terusan mengabaikan yang ada dan memikirkan yang belum ada? Mungkinkah selembar daun mampu menutupi lebarnya bumi? Menutupi  telapak tangan saja sulit, apalagi menutupi bumi. Tapi jika selembar daun itu kita tutupkan pada kedua kelopak mata kita maka bumi itu tidak akan terlihat, sama dengan hati, jika ada hal kecil yang menutupinya maka hati tidak akan mampu melihat kebaikan. Jangan sekali-kali menutupi mata dengan apapun meskipun hanya selembar daun yang kecil. begitu juga dengan hati, Imam Al-Ghazali mengumpamakan hati itu dengan sebuah cermin. 
Seperti yang kita ketahui cermin adalah tempat kita berkaca dan melihat sesuatu. Bagaimana jadinya jika cermin itu terkena bintik noda, dan noda itu semakin banyak  dan menyebar? Jawabannya adalah kita tidak akan bisa membedakan mana yang biak dan buruk, karena semuanya yang tampak di cermin akan terlihat buruk dan berbintik penuh noda. Hal baik pun akan kita anggap buruk jika cermin atau hati yang ada untuk melihat penuh dengan noda. 
Jiwa yang kotor alternatifnya hanya dua, sulit menerima hal baik, biarpun bisa menerima input yang baik maka outputnya akan menjadi kotor. Makanya,  sering kali kita mengabaikan sesuatu yang begitu berharga yang ada di sekitar kita, salah satu penyebabnya adalah kelemahan dan kondisi hati yang gelap. Berapa kali kita abai dan tidak  peduli untuk sekedar makan dan duduk bersama keluarga, hanya gara-gara kita terlalu sibuk memikirkan apa yang belum ada.  Jika yang demikian terus dibiarkan, itu hanya akan membuat hidup kita kurang sehat saja. 
Oleh sebab itu sering-seringlah  belajar dan meningkatkan kualitas kita untuk lebih mensyukuri apa yang  kita miliki dan yang ada disekeliling kita. Kurangi  memikirkan apa yang bukan miliki kita, yang hanya membuat kita lupa pada sesuatu yang begitu berharga dari apa yang dimiliki. selain menguras tenaga, itu juga membuat kita banyak kehilangan. Salah satunya kehilangan nikmatnya proses.  Doakan kerjamu, kerjakan doamu!

 

* hanif