Ayahku Tega
By: Ach. Jalaludin | 30 September 2020 | 806
Cerpen : Ayahku Tega
"Pa, Asih boleh nggak beli baju ini? Boleh ya.. hehe..." Aku terus menggoda suamiku saat kuajak berbelanja baju tak jauh dari rumah. Suamiku hanya senyum sekilas lalu mengangguk.
"Nggak deh, Pa, ini terlalu cerah, nggak akur sama warna kulit Asih."
Suamiku ber-oh, ia mencari baju lainnya yang sekiranya cocok denganku. Memang suamiku tidak banyak bicara.
Wooy..!! Kalau tidak mau beli mending keluar sana! Bikin toko kotor saja!" Teriak penjaga toko mbuatku dan Ayah terkejut. Dan ini yang paling aku tidak suka. Kenapa semua orang membenci kami, kami sadar bahwa kami miskin, tapi tidak bersikap galak seperti itu juga. Ada cara halus untuk menegur orang.
Suamikuhanya terdiam, ia tidak pernah menyalahkan orang lain. Kami sadar bahwa kami miskin, meski suamiku tidak mempunyai penghasilan penuh sejauh ini, aku tetap memilih setia kepadanya. Aku sangat suka dengan sifatnya yang polos.
Kamikeluar dari toko dengan sangat terpaksa, tangan suamiku memegang tanganku erat, memberikan pesan jangan ditanggapi. Tapi aku masih kesal, sebelum keluar dari pintu, aku mencibir terlebih dahulu membuat penjaga toko bingas melihatku.
"Hehe.. maaf ya, Pa," ucapku saat lumayan jauh dari toko, pasti suamiku tidak suka dengan tingkahku.
"Lain kali jangan diulangi, ya.." ucap suamiku halus.
"Tentu, hehe.."
***
Saat sudah ada di dekat rumah, aku ragu untuk masuk, mengingat Ayah dan ibuku menyuruhku untuk tidak sering keluar rumah. Entah apa alasannya, hanya karena aku baru menikah lantas menjadi larangan? Itu tidak masuk akal. Karena ayahku galak, aku masih saja takut.
Tapi sebelum kubuka pintu, ayah sudah lebih dulu membukanya dari dalam, beliau mempolototiku, dilihat dari wajahnya jelas ayah sangat marah. Aku takut sekali, meletakkan tangan suamiku di dada untuk memberikan ketenangan.
"Sudah berapa kali ayah ingatkan, jangan keluar rumah!" Suara keras ayah mampu membuatku meringis, sedang ibu memegang lengan ayah.
"Apa yang kamu lakukan di toko baju Pak Jamal, hah? Kau bikin malu ayah!"
PLAKK!! sebuah tamparan lumayan keras mendarat di pipiku. Tak kusangka ayah akan melakukan hal itu di depan suamiku. Dan yang membuatku terkejut, ketika ayah menarik tangan suamiku dengan paksa, hingga membuat tangannya yang kuletakkan di dada terlepas.
"Sudah berapa kali ayah katakan, suamimu telah mati! Dan boneka ini... Bu, bakar boneka ini, aku akan bawa Asih ke RSJ secepatnya."